Kepribadian & Karakter Pemimpin

Pada Minggu pagi, tepatnya 8 November 2020 nampaknya menjadi sesi kegiatan sinkronisasi program pembinaan guru dan tenaga kependidikan bagi 100 kepala sekolah yang paling membahagiakan. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Tychi Kota Malang ini nyaris selalu menimbulkan gelak tawa & senyum dari para peserta kegiatan. Sesekali juga gerakan disertai teriakan bersama-sama muncul atas komando dari nara sumber. Hal inilah yang membuat seluruh peserta menjadi enjoy. Selain itu juga, ada sentuhan-sentuhan hati yang membuat peserta terbawa perasaan. Pokoknya semuanya lengkap tersaji tanpa mengenyampingkan esensi dari tujuan materi yang disampaikan kepada seluruh peserta kegiatan PPGTK tahap IV ini.

Adalah Dr. Umi Dayati yang dengan kepiawaian memadukan gayanya yang kocak, semangat, menyentuh hati mampu memberikan nuansa rileks tapi juga menyentuh hati seluruh peserta kegiatan. Bu Umi (sapaan akrab dosen UM ini) menjelaskan beberapa kepribadian seseorang dilihat dari caranya membawa tas. Satu persatu dijelaskan oleh Beliau dengan simulasi gaya ekpresif dan mimik muka yang hampir membuat seluruh peserta kegiatan tertawa. Beberapa kepribadian yang disebutkan antara lain:

  1. Seseorang yang membawa tas dipunggung menunjukkan orang tersebut mengutamakan kebebasan bergerak dan cocok menjadi pemimpin;
  2. Seseorang yang membawa tas dengan menggenggamnya memakai tangan menandakan bahwa guru tersebut merupakan tipe guru yang bisa bekerja dengan baik;
  3. Seseorang yang membawa tas dengan menjepit tali tas dengan siku (di lengan) menunjukkan bahwa orang tersebut mengutamakan penampilannya;
  4. Seseorang yang membawa tas di bahu menunjukkan bahwa orang tersebut suka kebebasan & kenyamanan;
  5. Seseorang yang membawa tas ditaruh didepan dada atau perut (selempang kedepan) menunjukkan bahwa orang ini sangat berhati-hati, "guru yang membawa tas seperti itu cocok dijadikan bendahara" (imbuh Bu Umi). 
Selesai menjelaskan kepribadian seseorang melalui caranya membawa tas, Bu Umi melanjutkan ceritanya saat memberikan kuliah kepada mahasiswanya di awal pertemuan. Bu Umi selalu berpesan kepada mahasiswanya,  "besok kalau kalian (sebut saja mahasiswa) sudah bekerja datangi ibumu, berikan gaji pertamamu untuk ibumu". Pesan ini sangatlah dalam & menyentuh hati para audience karena mampu mengingatkan kembali kepada orang tua dan terbersit dalam hati "sudahkah kita berbakti kepada orang tua & sebaik apa kualitas bakti kita kepada mereka, terutama kepada ibu". Selain itu, Bu Umi juga berpesan untuk selalu mengajarkan anak-anak kita agar senantiasa menghormati orang tua.

Anak-anak sekarang karakter & kepribadiannya tidak sekuat dengan karakter Bapak dan Ibu, ungkap Bu Umi. Kemudian belia melontarkan pertanyaan kepada audience, "siapakah yang lahir tahun 60an, 70an dan 80an?". Beberapa audience yang lahir pada tahun yang disebutkan saling mengangkat tangannya, kemudian Bu Umi menjelaskan bahwa Anda yang lahir tahun 60an termasuk generasi kolonial, belanjanya lebih suka di pasar tradisional, tidak senang HP dan lebih bersifat kekeluargaan. Sedangkan yang lahir di tahun 70an sudah mulai senang HP dan belanja online. Untuk yang lahir tahun 80an merupakan generasi pra milenial yang sudah familiar dengan HP dan laptop. Anak-anak (murid-murid) kita tergolong generasi milenial yang lebih enjoy dengan dunia medsos, tidak lagi mengenal permainan tradisional seperti generasi kolonial. Oleh karena itu karakternya tidaklah setangguh Bapak/ibunya. Kebanyakan dari mereka lebih suka meniru apa yang mereka dapatkan dari internet atau media sosial online daripada figur nyata yang ada di sekitar mereka, terutama dalam hal ini figur orang tua. Oleh karena itu orang tua perlu memberikan sentuhan-sentuhan hati kepada mereka dengan doa dan karakter kepribadian yang bisa menjadi teladan bagi mereka.

Pembentukan karakter anak di lingkungan keluarga sangatlah perlu ditunjang dengan pendidikan karakter di sekolah. Oleh karena itu, guru juga berperan penting dalam membentuk karakter kepribadian anak didiknya sebagai generasi bangsa. Ini bukanlah pekerjaan yang mudah bagi guru seperti yang selama ini disangkakan oleh kebanyakan orang tua. Dengan adanya pandemi covid-19, orang tua yang beranggapan bahwa pekerjaan guru mendidik anak-anak mereka adalah hal yang mudah sudah terbantahkan. Orang tua yang mendapat tugas untuk mendampingi pembelajaran daring (online) anak-anak mereka selama pandemi mulai merasakan bahwa ternyata pekerjaan mendidik tidaklah semudah yang mereka bayangkan. Bahkan menurut Bu Umi banyak anak-anak yang chat kepada beliau dengan sebuah pantun "ular sanca tidak berbulu sudah pasti bukan temannya pak guru, wahai covid segeralah berlalu kayaknya bapakku tidak cocok menjadi guru". 

Bu Umi juga menambahkan bahwa selain tes akademik dan bakat minat, sekolah disarankan melakukan tes adaptasi dalam proses penerimaan peserta didik baru. Kemampuan beradaptasi anak sangatlah penting terhadap keberlangsungan proses pendidikan di sekolah. Anak yang kemampuan akademiknya tinggi manakala tidak mampu beradaptasi dengan beragam perilaku temannya yang berasal dari berbagai daerah akan membuat ia tidak nyaman sehingga berimplikasi kepada hasil akademiknya. 

Perilaku sesorang dapat dijelaskan dari aktivitas yang berada di otak (Neuroscience). Menurut ilmu Neuroscience belahan otak perempuan itu lebih tebal daripada belahan otak laki-laki. Hal inilah yang mengakibatkan mengapa perempuan dapat mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam waktu yang sama. Laki-laki bersifat fokus dalam melakukan pekerjaan. Perempuan diberi kemampuan verbal dalam sehari  20.000-22.000 kosakata sedangkan laki-laki hanya 6.000-7.000 kosakata. Inilah yang membedakan mengapa perempuan lebih banyak berbicara daripada laki-laki. Begitupun dari jumlah pakaian yang dimiliki perempuan juga lebih banyak daripada yang dimiliki laki-laki. Perbedaan ini tentunya harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga tetap terjalin komunikasi yang baik antar keduanya.

Pendidikan karakter di sekolah hanya dapat dimulai dari diri kita sebagai kepala sekolah yang diikuti oleh seluruh stake holder yang ada. lanjut Bu Umi. Kepala Sekolah harus memiliki branding karakter yang menjadi unggulan sekolah tersebut, misalnya sekolah disiplin, integritas atau karakter lain yang hendak ditonjolkan. Sukses atau tidaknya branding karakter inilah yang akan menentukan kesuksesan sekolah dalam mendidik karakter para peserta didiknya. Bayangkan suatu saat jika murid Bapak/Ibu sudah lulus atau bekerja kemudian mereka datang mencium tangan Bapak/Ibu sambil berkata, "Bapak/ Ibu terimakasih atas doa & bimbingannya sehingga bisa masuk PTN". Inilah indikator keberhasilan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah. 

Bu Umi juga mengingatkan kepada seluruh audience sebagai orang tua di rumah untuk mewaspadai perilaku anak-anaknya yang kecanduan situs porno. Ada beberapa ciri yang dapat diidentifikasi dari perilaku anak yang kecanduan situs porno, antara lain: sering menyendiri di kamar, bolak-balik keluar masuk kamar kecil, tampak gugup, sering berbohong. Kecanduan pornografi tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan kognitif anak. Akan tetapi hal-hal yang bersifat pornografi akan berdampak pada hilangnya kemampuan membedakan salah & benar, baik & buruk, hak & kewajiban. Kelak jika anak ini menjadi pemimpin maka akan dilanggar aturan-aturan yang ada. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua haruslah berhati-hati jangan sampai anak-anak kita kecanduan situs porno. Orang tua mempunyai andil besar terhadap masa depan anak-anaknya. Mari kita ajarkan anak-anak kita karakter sejak dini sehingga kelak ketika ia dewasa akan menjadi pribadi yang berkarakter.

Sekolah Bapak/Ibu sebagai tempat kedua mendidik karakter harus bisa memberikan keteladanan karakter bagi para peserta didiknya. Karakter guru atau pegawai terhadap kepala sekolah di lingkungan sekolah harus dibiasakan, misalnya tata krama saat guru masuk ruang kepala sekolah, tidak berbicara sendiri atau mengoperasikan HP waktu rapat, berpamitan saat akan keluar ruangan dan karakter lainnya.

Di akhir penjelasannya Bu Umi menyimpulkan bahwa karakter itu selalu konotasinya positif sehingga muncul istilah pendidikan karakter. Sedangkan kepribadian bisa positif dan bisa negatif. Kepribadian yang positif yang sering dilakukan akan menjelma menjadi suatu karakter. Mari tunjukkan karakter keunggulan Bapak/Ibu sebagai seorang pemimpin sehingga menjadi branding yang kuat, baik bagi diri sendiri maupun lembaga dimana Bapak/Ibu bekerja. SMK BISA SMK HEBAT.
 






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAYGON IKUT GOWES SE PASURUAN RAYA

MKKS SMK Kota Pasuruan Gelar Pisah Kenang di Banyuwangi (Lanjutan)

SMK BAYT AL HIKMAH GELAR SELEKSI LOMBA POSTER MENUJU OLIMPIADE TIK DIGITAL TINGKAT JAWA TIMUR